Monday, September 3, 2007

Life As A House

Nggak rugi klo nonton film ini, judulnya Life As A House.
Boleh dibilang film ini cukup sederhana, berbudget murah
dan tidak menggunakan artis kelas kakap. Tapi ceritanya
begitu bermakna, mengharukan, dan bisa dijadikan motivasi
untuk kita dalam menjalani hidup.

Aku aja sampe terharu (bukan pengen melankolis lo!)

Setting film ini kebanyakan di sebuah rumah tua dipinggir
bukit yang dimana saat kita membuka jendela ataupun keluar
dari teras rumah kita mampu melihat indahnya lautan dengan
deruan ombak yang tak berhenti menerjang dan hangatnya matahari.

George, seorang laki-laki tua yang sehari-harinya bekerja
sebagai arsitek menderita kanker stadium akut yang hidupnya
hanya tigal 4 bulan lagi. Ia dipecat dari perusahaan tempat
ia bekerja lantaran dalam membuat sebuah disain rumah, ia
masih tetap menggunakan maket secara manual dan tidak menggunakan
software komputer untuk membuatnya

Ia bercerai hampir 2 tahun, dan ia memiliki seorang anak dari
pernikahan dengan mantan istrinya. Sam, anak laki-laki George
sangat nakal dan tidak mau diatur. Sam sempat mengkonsumsi narkoba
dan ia pernah sekali terlibat dalam transaksi jual beli ganja.
Kehidupan mantan istri George dengan suami barunya tidaklah bahagia,
walaupun ia sudah di karuniai 2 orang anak yang masih kecil.

Sebelum George meninggal, ia bertekad membangun rumah yang awalnya
rusak menjadi sempurna. Ia mulai pekerjaannya dengan merobohkan
terlebih dahulu rumah tersebut bersama Sam. Mulai membangun pondasi
satu persatu, dan mulai di menegakkannya bersama mantan istri sam
dan tetangga depan rumahnya.

George tak jarang mengkonsumsi morfin dosis tinggi guna
menghilangkan rasa sakitnya. Saat George mendirikan rumah
idamannya dengan tujuan ia mampu mengumpulkan keluarganya
kembali dan ia ingin kembali menjadi dirinya yang baru sebelum
ajal menjemputnya

Sampai akhirnya, mantan istri George kembali ke pangkuan George,
Sam berubah menjadi baik dan lebih dewasa, dan banyak orang yang
membantu proses terbangunnya rumah impian George.

“ Hidup ini seperti membangun sebuah rumah, menegakkan pondasi
yang rapuh dan menghiasnya dengan lampu terang berwarna-warni
yang menyala indah di waktu malam. “

“ Ombak yang selalu berderu di lautan mengingatkan bahwa cobaan
akan selalu datang dan pasti akan pergi dimana ada kenangan
yang ditinggalkannya “

2 komentar:

Anonymous said...

Mari jadikan hidup lebih hidup.. Berinteraksi dengan yang hidup, saling mengerti dan memahami orang hidup..

Anonymous said...

Mari jadikan hidup lebih hidup.. Berinteraksi dengan yang hidup, saling mengerti dan memahami orang hidup..(*)