Tuesday, December 9, 2008

Malu

Bisa dikatakan, akhir-akhir ini marak hadirnya masalah yang melingkar seperti lingkaran setan. Saling memukul, saling menelanjangi diri, saling mencaci maki,
saling “memuji”, saling merampas hak milik orang lain, dan saling merasa benar.

Dari tayangan televisi hingga berita diradio yang selalu disiarkan baik langsung atau tidak, aku termenung. Menghela nafas dan berkata dalam hati, sepatah kata yang menghujam banyak makna. MALU

Apa arti kata MALU jika masih banyak orang yang masih sibuk dengan dunianya sendiri? Atau sibuk dengan dua, tiga atau sekelompok orang yang ia punya.
Apakah nanti kata MALU tidak akan ada lagi kita temukan dalam kamus atau literatur yang banyak dijual ditoko buku? Atau yang fasih kita ucapkan, Atau pelajaran yang kita emban semasa sekolah dulu?

Masih lekat diotak kecil ini, semasa jaman penjajahan kala itu…dimana kata MALU masih cukup di junjung tinggi. Masih mengingatkan kita sebagai manusia bahwa kata itu WAJIB hukumnya kita patuhi. Bukan MALU untuk mengakui bahwa kita bangsa yang besar tapi lebih karena MALU jika bangsa kita di jajah atau lebih tepatnya kita pelan-pelan menjajah bangsa kita sendiri.

Ada yang tua merampas “uang-uang” rakyat, yang muda meluapkan emosi penuh dengan kata-kata binatang, yang miskin meminta-minta dengan kebohongan dan yang kaya meronta-ronta seakan ia tak punya banyak simpanan dikantong tebalnya.

Tak banyak yang mau mengakuinya bahwa kata itu seakan kita tanggalkan pelan-pelan. Menjunjung tinggi kepercayaan diri yang tak bertepi. Yang menjadikan salah jadi benar dan benar tak mengandung makna yang baik, subyektif rupanya.

Ada yang tak malu mengatakan kata Anjing dengan lantang, belum lagi ketika kita sama-sama berada di jalanan, semua orang merasa benar. Tak lagi mengakui bahwa ia terbukti salah. Yang ada ia hanya ingin dihadirkan dan didengungkan dengan kata benar.

Lantas, kira-kira kita mau kemana ya klo kata MALU tak perlu kita ucapkan?
Aku pun jadi teringat dulu semasa kecil bermain dengan tumbuhan putri malu, tumbuhan yang apabila kita sentuh dia akan menutup dengan konsisten, tidak pernah berubah. Dia tidak MALU bahwa itu adalah sebuah kelemahan, justru ia tampak MALU dan menjadikannya sebuah keindahan.

Masih ingat kapan terakhir kita MALU?

0 komentar: