Monday, December 15, 2008

The Sea Inside



Terlambat itu sebenarnya tidak mutlak hukumnya, yang ada hanya kita kurang tepat menanggapinya, karena waktu ini berlari tanpa peduli kita, dia, dan siapa disana.

Belajar dari itu semua, gw sangat takjub dengan kalimat yang gw dapet saat menonton film besutan Alejandro Amenabar ini.

Freedom without a life is not a freedom, but a life without freedom is not a life

Film ini sangat sarat akan makna hidup yang patut kita cermati, apalagi film ini based on true story yang menceritakan kehidupan Ramon Sampedro (Javier Bardem). Ia seorang mantan pelaut yang mengalami kelumpuhan dari leher ke bawah akibat kecelakaan di pantai. Meskipun dirawat dengan baik oleh keluarganya, ia menganggap hidup dalam keadaan lumpuh seperti itu tidak bermartabat.

Oleh karena itu, ia memperjuangkan haknya kepada pemerintah agar diijinkan untuk mengakhiri hidupnya. Untuk itu ia didampingi oleh seorang pengacara bernama Julia (Belen Rueda).

Dengan segala keterbatasannya dan dukungan dari orang-orang yang berada di sekitarnya, Ramon berhasil menyelesaikan sebuah buku berjudul “Mati Untuk Hidup: Surat Dari Neraka”.

Judul The Sea Inside sendiri diambil dari salah satu puisi karya Ramon Sampedro.
Dalam hal ini kata “Sea (laut)” bisa dikaitkan dengan “Kematian”. Laut dan Kematian adalah hal yang sering dibicarakan seolah dikenal tetapi seringkali hanya dikenal di permukaannya saja sedangkan apa yang ada di dalam atau dibalik permukaan lebih merupakan misteri.

Film ini menurut gw, bukan mengajarkan kita untuk bunuh diri tapi lebih pada konteks di mana kita bisa menghargai diri dan orang lain yang ada dalam hidup kita.
Menurut gw kita hidup bukan untuk mati, tapi kita hidup untuk mempersiapkan diri kita saat dijemput dengan kata mati.

Percaya atau nggak kebanyakan manusia hidup justru ingin selamanya hidup, memperpanjang hidup dengan cara apapun dan tak peduli lagi bahwa Tuhan itu ada atau tidak. Kita pun jadi sombong dan tak sadar bahwa regenerasi haruslah berjalan dan keabadian hanya milik Tuhan. Lebih anehnya jika saat ulang tahun kita selalu bilang, selamat ulang tahun semoga panjang umur (bukannya semakin bertambah, maka semakin dekat kita dengan kematian?)

Bukan karena film ini film lama atau telah memenangi 56 penghargaan dan 32 nominasi untuk berbagai kategori diseluruh dunia, tapi lebih karena kalian harus nonton film ini menurut gw.hehehe

2 komentar:

GILASINEMA said...

Film ini memang daleeem banget. Mengangkat isu euthanansia yang sampai sekarang masih menjadi polemik. Terutama tentangan keras dari para pemuka agama.
Mengusik moral dengan pertanyaan "siapakah yang berkuasa atas hidup kita?"
Intinya bagaimanapun situasinya, hidup akan lebih bermakna ketika kita mapu berbuat kebaikan, entah terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Film ini makin keren dengan sinematografi yang yahud :)

Anonymous said...

Di dunia mana ada c yg g diliat dari 2 sisi.qt di duni bisa aja bilang 'wah itu salah tuh.....g bener' tapi benar tidaknya tindakan qt hanya ALLA SWT yg bisa memutuskan. di dunia ini qt cm bisa menilai dr ap yg qt pelajari, dari ap yg difatwakan para pemuka agama berdasarkan AL QUR'AN n HADIS. tapi...'segala sesuatu bermula dari Allah n semua akan kembali kepadaNya'. klo emang itu utk kebaikan smua org n yg bersangkutan memang menginginkan knp g???dilematis bgt emg euthanasia nih...pembahasan g berujung.